Sabtu, 06 Desember 2014

Penerapannya bagi Kemaslahatan Umat


Penerapannya bagi Kemaslahatan Umat

Pada dasarnya perang Peloponnesia yang telah diabadikan oleh Tuchydides mengajarkan kepada kita, khususnya akademisi Hubungan Internasional untuk senantiasa memperhatikan potensi apa yang akan ditimbulkan oleh power transition yang dilakukan oleh suatu negara. Metode realisme yang dikedepankan oleh Tuchydides telah menggambarkan betapa kuatnya pengaruh kekuatan yang dimiliki oleh suatu negara dalam menimbulkan suatu konflik. Konflik tersebut diamati sebagai bentuk alamiah dari sifat negara yang antagonistik. Dari sifat negara yang alami tersebutlah perang Peloponnesia tidak terelakkan pada masa itu.
Berdasarkan karya Tuchydides yang berjudul “The History of Peloponnesian War”, Yunani klasik pada abad kelima sebelum masehi didominasi oleh dua negara kota Athena dan Sparta. Athena membentuk sebuah aliansi yang bernama Delian League (Liga Delia) yang demokratis. Masyarakat Athena memiliki hak kebebasan dalam mengatur kehidupannya masing-masing. Kondisi tersebut memang layak mereka dapatkan karena negara Athena berada pada posisi yang strategis dalam segi perdagangan yang mensejahterakan rakyatnya. Tidak hanya itu, Athenapun memiliki kekuatan bahari. Armada laut yang dimiliki oleh Athena telah membebaskan Ionia dari Persia. Anggota angkatan lautnya diberi gaji dan dimasukkan ke dalam majelis. Bila kita analogikan Athena dengan salah satu negara di abad sekarang, yang paling cocok adalah negara Amerika Serikat. Sedangkan Sparta membentuk sebuah aliansi yang bernama Peloponnesian League (Liga Peloponnesia). Sparta dikenal sebagai negara yang militan. Negara tersebut lebih menekankan militer dan menyokong angkatan darat dengan pasukan artileri brsenjata berat.
Keduanya pernah tergabung dalam satu kekuatan ketika melakukan perlawanan terhadap Persia yang menhasilkan kemenangan bagi bangsa Yunani. Athena mengklaim bahwa kemenangan itu adalah kemenangan Athena. Pernyataan tersebut memang berdasarkan fakta sejarah bahwa perlawanan tersebut didominasi oleh kekuatan laut Athena yang tersebar di tiga wilayah, yaitu Marathon, Salamis dan Plataea. Adapun Sparta, akan tetapi hanya berpusat ke dalam kekuatan darat. Setelah kemenangan atas Yunani itu, Athena melakukan ekspansi di daerah perairan Aegea untuk meraih negara-negara lain dalam membentuk satu negara yang lebih besar dan dijadikan sebagai pertahanan dari serangan Persia. Setiap negara yang ingin bergabung harus membayar pajak kepada Athena. Tidak sedikit negara yang terpaksa bergabung karena didesak oleh kebutuhan yang bergantung kepada kekayaan Athena. Sehingga terbentuklah sebuah kerajaan yang sangat besar di perairan Aegea. Koneksi Athena meluas ke saentro wilayah di luar Yunani berkat kekuatan komersialnya yang sangat signifikan. Banyak sekali negara-kota lainnya baik terpaksa maupun tidak, merapat dengan Athena demi mendapat perlindungan wilayah perairan dari serangan luar. Tidak hanya itu, kebudayaan Athena yang dominan dengan situasi yang demokratis telah menarik perhatian banyak negara dalam melakukan kerjamasama politik. Maka semakin besar saja pengaruh Athena kala itu dalam hubungan antarnegara. Dari sinilah garis transisi kekuasaan Athena dimulai.
Selain itu dalam Perang Peloponnesia atau Perang Peloponnesos juga dapat mengajarkan pada kita bagaimana kita harus bersifat pada orang lain. Sebagai seorang yang memiliki akal sehat yang baik dari makhluk lainnya diharapkan dari adanyakejadian dimasa lalu itu kita tidak mudah percaya dengan apa yang diktakan oleh orang lain sebelum kita mengetahui kebenarannya. Menghilangkan sifat saling curiga terhadap orang lain, apalagi hal itu dilakukan kepada orang-orang yang masih mempunyai hubungan saudara dengan kita. Dalam bernegara hendaknya kita saling hidup berdamai karena persatuan dan kesatuan itu sangat penting untuk membangun pondasi Negara yang kokoh.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar