Penerapannya
bagi Kemaslahatan Umat
Pada dasarnya perang Peloponnesia yang telah diabadikan oleh
Tuchydides mengajarkan kepada kita, khususnya akademisi Hubungan Internasional
untuk senantiasa memperhatikan potensi apa yang akan ditimbulkan oleh power
transition yang dilakukan oleh suatu negara. Metode realisme yang
dikedepankan oleh Tuchydides telah menggambarkan betapa kuatnya pengaruh
kekuatan yang dimiliki oleh suatu negara dalam menimbulkan suatu konflik.
Konflik tersebut diamati sebagai bentuk alamiah dari sifat negara yang
antagonistik. Dari sifat negara yang alami tersebutlah perang Peloponnesia
tidak terelakkan pada masa itu.
Berdasarkan karya Tuchydides yang berjudul “The History
of Peloponnesian War”, Yunani klasik pada abad kelima sebelum masehi didominasi
oleh dua negara kota Athena dan Sparta. Athena membentuk sebuah aliansi yang
bernama Delian League (Liga Delia) yang demokratis. Masyarakat Athena
memiliki hak kebebasan dalam mengatur kehidupannya masing-masing. Kondisi
tersebut memang layak mereka dapatkan karena negara Athena berada pada posisi
yang strategis dalam segi perdagangan yang mensejahterakan rakyatnya. Tidak
hanya itu, Athenapun memiliki kekuatan bahari. Armada laut yang dimiliki oleh
Athena telah membebaskan Ionia dari Persia. Anggota angkatan lautnya diberi gaji
dan dimasukkan ke dalam majelis. Bila kita analogikan Athena dengan salah satu
negara di abad sekarang, yang paling cocok adalah negara Amerika Serikat.
Sedangkan Sparta membentuk sebuah aliansi yang bernama Peloponnesian League (Liga
Peloponnesia). Sparta dikenal sebagai negara yang militan. Negara tersebut
lebih menekankan militer dan menyokong angkatan darat dengan pasukan artileri
brsenjata berat.
Keduanya pernah tergabung dalam satu kekuatan ketika
melakukan perlawanan terhadap Persia yang menhasilkan kemenangan bagi bangsa
Yunani. Athena mengklaim bahwa kemenangan itu adalah kemenangan Athena.
Pernyataan tersebut memang berdasarkan fakta sejarah bahwa perlawanan tersebut
didominasi oleh kekuatan laut Athena yang tersebar di tiga wilayah, yaitu Marathon,
Salamis dan Plataea. Adapun Sparta, akan tetapi hanya berpusat ke dalam
kekuatan darat. Setelah kemenangan atas Yunani itu, Athena melakukan ekspansi
di daerah perairan Aegea untuk meraih negara-negara lain dalam membentuk satu
negara yang lebih besar dan dijadikan sebagai pertahanan dari serangan Persia.
Setiap negara yang ingin bergabung harus membayar pajak kepada Athena. Tidak
sedikit negara yang terpaksa bergabung karena didesak oleh kebutuhan yang
bergantung kepada kekayaan Athena. Sehingga terbentuklah sebuah kerajaan yang
sangat besar di perairan Aegea. Koneksi Athena meluas ke saentro wilayah di
luar Yunani berkat kekuatan komersialnya yang sangat signifikan. Banyak sekali
negara-kota lainnya baik terpaksa maupun tidak, merapat dengan Athena demi
mendapat perlindungan wilayah perairan dari serangan luar. Tidak hanya itu,
kebudayaan Athena yang dominan dengan situasi yang demokratis telah menarik
perhatian banyak negara dalam melakukan kerjamasama politik. Maka semakin besar
saja pengaruh Athena kala itu dalam hubungan antarnegara. Dari sinilah garis
transisi kekuasaan Athena dimulai.
Selain itu dalam Perang
Peloponnesia atau Perang Peloponnesos juga dapat mengajarkan pada kita
bagaimana kita harus bersifat pada orang lain. Sebagai seorang yang memiliki
akal sehat yang baik dari makhluk lainnya diharapkan dari adanyakejadian dimasa
lalu itu kita tidak mudah percaya dengan apa yang diktakan oleh orang lain
sebelum kita mengetahui kebenarannya. Menghilangkan sifat saling curiga
terhadap orang lain, apalagi hal itu dilakukan kepada orang-orang yang masih
mempunyai hubungan saudara dengan kita. Dalam bernegara hendaknya kita saling
hidup berdamai karena persatuan dan kesatuan itu sangat penting untuk membangun
pondasi Negara yang kokoh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar