Sabtu, 06 Desember 2014

Folklor Lisan


Folklor Lisan

Folklor lisan (verbak folklor), yakni folklor yang bentuknya memang murni lisan.
1.      Bahasa Rakyat seperti logat bahasa-bahasa Nusantara. Bentuk lain dari bahasa rakyat adalah slang (bahasa rahasia) ada juga yang menyebutnya cant. Selain itu bentuk bahasa rakyat yang lain yaitu:
a)      sirkumlokusi (circumlocution), yaitu ungkapan tidak langsung. Ada juga yang berupa gelar kebangsawanan, julukan.
b)      Bahasa pedagang (shop talk)
c)      Bahasa konvensional
d)      Pemberan nama pada seseorang (julukan)
e)      Gelar kebangsawanan
f)       Bahasa bertingkat
g)      Onomastis (onomastics)
Fungsi dari bahasa rakyat itu sendiri diantaranya:
a)      Untuk memperkokoh identitas folknya
b)      Untuk melindungi folk pemilik folklor dari ancaman penguasa
c)      Untuk memperkokoh kedudukan folknya pada jenjang lapisan masyarakat
d)      Untuk memeperkokoh kepercayaan rakyat dari folknya
2.      Ungkapan Tradisional
Cervantes mendefinisikan ungkapan tradisional sebagai kalimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang. Sedangkan Bertrand Russel menganggapnya sebagai kebijaksanaan orang banyak yang merupakan ungkapan kecerdasan seseorang. Menurut Russel meski ungkapan tradisional adalah milik kolektif, namun yang menguasai secara aktif hanya beberapa orang saja. Carl Wilhelm Sydow menggolongkan orang-orang yang mengerti folklor, yaitu:
a)      Pewaris pasif adalah pewaris folklor yang sekedar mengetahui dan dapat menikmati suatu bentuk folklor, namun tidak dapat atau tidak berminat untuk menyebarkan secara aktif pada orang lain.
b)      Pewaris aktif
Ungkapan tradisional memiliki tiga sifat hirarki yang perlu diperhatikan oleh mereka yang hendak menelitinya:
a)      Peribahasa harus berupa satu kalimat ungkapan, tidak cukup hanya berupa satu kata tradisional saja.
b)      Peribahasa ada dalam bentuk yang sudah standar
c)      Suatu peribahasa harus memiliki vitalitas (daya hidup) tradisi lisan, yang dapat dibedakan dari bentuk-bentuk klise tulisan yang berbentuk syair, iklan, reportase, dll
Peribahasa dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu:
a)      Peribahasa yang sesungguhnya (true proverb)
b)      Peribahasa yang tidak lengkap kalimatnya (proverbial phrase)
c)      Peribahasa perumpamaan (proverbial comparison)
d)      Ungkapan-ungkapan yang mirip dengan peribahasa
Penggolongan peribahasa oleh  S. Keyzer, yakni:
a)      Peribahasa mengenai binatang
b)      Peribahasa mengenai tanaman
c)      Peribahasa mengenai manusia
d)      Peribahasa mengenai anggota kerabat
e)      Peribahasa mengenai anggota tubuh
Orang Bali mengklasifikasikan ungkapan tradisionalnya menjadi tiga kategori, yaitu:
a)      Sesongan
b)      Sesenggakan
c)      Seloka
Fungsi dari peribahasa, seperti juga folklor lisan pada umumnya banyak, yakni sebagai sistem proyeksi, sebagai alat pendidikan anak, dan sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma masyarakat agar selalu dipatuhi. Selain  itu peribahasa juga sebagai alat komunikasi, memamerkan kepandaian seseorang.
3.      Pertanyaan Tradisional (Teka-Teki)
Menurut Robert A. Georges dan Alan Dundes teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu atau lebih unsur pelukisan (descriptive), sepasang dari padanya dapat saling bertentangan dari jawabannya (referent) harus diterka. Kedua orang ini menggolongkan teka-teki menjadi dua golongan berdasarkan ada atau tidaknya pertentangan diantara unsur-unsur pelukisan, yaitu:
a)      Teka-teki yang tidak bertentangan (nonoppositional riddles), bersifat harfiah, jawaban dan pertanyaannya identik
b)      Teka-teki yang bertentangan (oppositional riddles), bersifat kiasan karena jawaban dan pertanyaannya unsur pelukisan topiknya berbeda.
Selain itu masih banyak lagi penggolongan teka-teki seperti:
a)      Teka-teki sesungguhnya
b)      Teka-teki persamaan
c)      Teka-teki leher
d)      Teka-teki yang seolah-olah cabul
e)      Pertanyaan yang bersifat teka-teki
f)       Pertanyaan yang bersifat permainan kata-kata

g)      Pertanyaan yang bersifat permasalahan
h)      Pertanyaan perangkap
i)        Pertanyaan bernada lelucon
Seperti pada bentuk-bentuk foklor lainnya, teka-teki juga mempunyai fungsi atau guna, beberapa fungsi menurut Alan Dundes adalah: (1) untuk menguji kepandaian seseorang, (2) untuk meramal, (3) sebagai bagian dari upacara perkawinan, (4) untuk mengisi waktu pada saat bergadang menjaga jenazah, (5) untuk dapat melebihi orang lain (Dundes, 1968:8).
4.Sajak dan Puisi Rakyat
Kekhususan genre folklor lisan ini adalah bahwa kalimatnya tidak berbentuk bebas ( free phrase) melainkan berbentuk terikat (fix phrase). Sajak atau puisi rakyat adalah kesusastraaan rakyat yang sudah tertentu bentuknya, biasanya terjadi dari beberapa deret kalimat, ada yang berdasarkan mantra, ada yang berdasarkan panjang pendek suku kata, lemah tekanan suara, atau hanya berdasarkan irama.
5.Cerita Prosa Rakyat
Dari semua bentuk atau genre folklore, yang paling banyak diteliti para ahli folklore adalah cerita prosa rakyat. Menurut William R. Bascom, cerita prosa rakyat dapat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu: (1) mite (2) legenda (3) dongeng.
1)      Mite
Menurut Bascom, mite adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Sedangkan legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai cirri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Tempat terjadinya adalah didunia seperti yang kita kenal kini, dan terjadi pada masa lampau. Sebaliknya dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat. (Bascom, 1965b: 3-20)

2)      Legenda
Seperti halnya mite, legenda adalah cerita prosa rakyat, yang dianggapa oleh empunya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh benar terjadi. Berbeda dengan mite, legenda bersifat sekuler atau keduniawian, terjadinya pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat didunia yang kita kenal sekarang.
Legenda biasanya bersifat migratoris yakni dapat berpindah-pindah sehingga dikenal di daerah yang berbeda-beda. Selaini itu legenda acak kali tersebar dalam bentuk penglompokan yang disebut siklus, yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau suatu kejadian tertentu.
3)      Dongeng
adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Diceritakan untuk hiburan walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran moral, atau bahkan sindiran.
Menurut buku the types of the foktale (1964 : 19-20) Anti Aarne dan Stith Thompson talah menbagi jenis-jenis dongeng ke dalam empat golongan besar yakni :
1.      Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar.
2.      Dongeng biasa adalah
3.      Lulucon dan anekdor
4.      Dongeng berumus
6.Nyanyian Rakyat
Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari berbagai daerah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar