Folklor Lisan
Folklor lisan (verbak folklor), yakni folklor yang
bentuknya memang murni lisan.
1.
Bahasa
Rakyat seperti logat bahasa-bahasa Nusantara. Bentuk lain dari bahasa rakyat
adalah slang (bahasa rahasia) ada
juga yang menyebutnya cant. Selain
itu bentuk bahasa rakyat yang lain yaitu:
a)
sirkumlokusi
(circumlocution), yaitu ungkapan
tidak langsung. Ada juga yang berupa gelar kebangsawanan, julukan.
b)
Bahasa
pedagang (shop talk)
c)
Bahasa
konvensional
d)
Pemberan
nama pada seseorang (julukan)
e)
Gelar
kebangsawanan
f)
Bahasa
bertingkat
g)
Onomastis
(onomastics)
Fungsi
dari bahasa rakyat itu sendiri diantaranya:
a)
Untuk
memperkokoh identitas folknya
b)
Untuk
melindungi folk pemilik folklor dari ancaman penguasa
c)
Untuk
memperkokoh kedudukan folknya pada jenjang lapisan masyarakat
d)
Untuk
memeperkokoh kepercayaan rakyat dari folknya
2.
Ungkapan
Tradisional
Cervantes mendefinisikan ungkapan
tradisional sebagai kalimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang.
Sedangkan Bertrand Russel menganggapnya sebagai kebijaksanaan orang banyak yang
merupakan ungkapan kecerdasan seseorang. Menurut Russel meski ungkapan
tradisional adalah milik kolektif, namun yang menguasai secara aktif hanya
beberapa orang saja. Carl Wilhelm Sydow menggolongkan orang-orang yang mengerti
folklor, yaitu:
a)
Pewaris
pasif adalah pewaris folklor yang sekedar mengetahui dan dapat menikmati suatu
bentuk folklor, namun tidak dapat atau tidak berminat untuk menyebarkan secara
aktif pada orang lain.
b)
Pewaris
aktif
Ungkapan
tradisional memiliki tiga sifat hirarki yang perlu diperhatikan oleh mereka
yang hendak menelitinya:
a)
Peribahasa
harus berupa satu kalimat ungkapan, tidak cukup hanya berupa satu kata tradisional
saja.
b)
Peribahasa
ada dalam bentuk yang sudah standar
c)
Suatu
peribahasa harus memiliki vitalitas (daya hidup) tradisi lisan, yang dapat
dibedakan dari bentuk-bentuk klise tulisan yang berbentuk syair, iklan,
reportase, dll
Peribahasa dapat dibedakan menjadi empat golongan,
yaitu:
a)
Peribahasa
yang sesungguhnya (true proverb)
b)
Peribahasa
yang tidak lengkap kalimatnya (proverbial
phrase)
c)
Peribahasa
perumpamaan (proverbial comparison)
d)
Ungkapan-ungkapan
yang mirip dengan peribahasa
Penggolongan
peribahasa oleh S. Keyzer, yakni:
a)
Peribahasa
mengenai binatang
b)
Peribahasa
mengenai tanaman
c)
Peribahasa
mengenai manusia
d)
Peribahasa
mengenai anggota kerabat
e)
Peribahasa
mengenai anggota tubuh
Orang
Bali mengklasifikasikan ungkapan tradisionalnya menjadi tiga kategori, yaitu:
a)
Sesongan
b)
Sesenggakan
c)
Seloka
Fungsi dari peribahasa,
seperti juga folklor lisan pada umumnya banyak, yakni sebagai sistem proyeksi,
sebagai alat pendidikan anak, dan sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma
masyarakat agar selalu dipatuhi. Selain itu peribahasa juga sebagai alat komunikasi,
memamerkan kepandaian seseorang.
3.
Pertanyaan
Tradisional (Teka-Teki)
Menurut Robert A. Georges dan
Alan Dundes teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu
atau lebih unsur pelukisan (descriptive),
sepasang dari padanya dapat saling bertentangan dari jawabannya (referent) harus diterka. Kedua orang ini
menggolongkan teka-teki menjadi dua golongan berdasarkan ada atau tidaknya
pertentangan diantara unsur-unsur pelukisan, yaitu:
a)
Teka-teki
yang tidak bertentangan (nonoppositional
riddles), bersifat harfiah, jawaban dan pertanyaannya identik
b)
Teka-teki
yang bertentangan (oppositional riddles),
bersifat kiasan karena jawaban dan pertanyaannya unsur pelukisan topiknya
berbeda.
Selain itu masih banyak lagi
penggolongan teka-teki seperti:
a)
Teka-teki
sesungguhnya
b)
Teka-teki
persamaan
c)
Teka-teki
leher
d)
Teka-teki
yang seolah-olah cabul
e)
Pertanyaan
yang bersifat teka-teki
f)
Pertanyaan
yang bersifat permainan kata-kata
g)
Pertanyaan
yang bersifat permasalahan
h)
Pertanyaan
perangkap
i)
Pertanyaan
bernada lelucon
Seperti pada bentuk-bentuk foklor lainnya, teka-teki
juga mempunyai fungsi atau guna, beberapa fungsi menurut Alan Dundes adalah:
(1) untuk menguji kepandaian seseorang, (2) untuk meramal, (3) sebagai bagian
dari upacara perkawinan, (4) untuk mengisi waktu pada saat bergadang menjaga
jenazah, (5) untuk dapat melebihi orang lain (Dundes, 1968:8).
4.Sajak
dan Puisi Rakyat
Kekhususan
genre folklor lisan ini adalah bahwa kalimatnya tidak berbentuk bebas ( free
phrase) melainkan berbentuk terikat (fix phrase). Sajak atau puisi rakyat
adalah kesusastraaan rakyat yang sudah tertentu bentuknya, biasanya terjadi
dari beberapa deret kalimat, ada yang berdasarkan mantra, ada yang berdasarkan
panjang pendek suku kata, lemah tekanan suara, atau hanya berdasarkan irama.
5.Cerita
Prosa Rakyat
Dari
semua bentuk atau genre folklore, yang paling banyak diteliti para ahli
folklore adalah cerita prosa rakyat. Menurut William R. Bascom, cerita prosa
rakyat dapat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu: (1) mite (2) legenda (3)
dongeng.
1) Mite
Menurut
Bascom, mite adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap benar-benar terjadi
serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau
makhluk setengah dewa. Sedangkan legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai
cirri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi,
tetapi tidak dianggap suci. Tempat terjadinya adalah didunia seperti yang kita
kenal kini, dan terjadi pada masa lampau. Sebaliknya dongeng adalah prosa
rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan
dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat. (Bascom, 1965b: 3-20)
Seperti
halnya mite, legenda adalah cerita prosa rakyat, yang dianggapa oleh empunya cerita
sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh benar terjadi. Berbeda dengan mite,
legenda bersifat sekuler atau keduniawian, terjadinya pada masa yang belum
begitu lampau, dan bertempat didunia yang kita kenal sekarang.
Legenda biasanya bersifat migratoris yakni dapat
berpindah-pindah sehingga dikenal di daerah yang berbeda-beda. Selaini itu
legenda acak kali tersebar dalam bentuk penglompokan yang disebut siklus, yaitu
sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau suatu kejadian tertentu.
3)
Dongeng
adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap
benar-benar terjadi. Diceritakan untuk hiburan walaupun banyak juga yang
melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran moral, atau bahkan sindiran.
Menurut buku the types of the foktale (1964 :
19-20) Anti Aarne dan Stith Thompson talah menbagi jenis-jenis dongeng ke dalam
empat golongan besar yakni :
1.
Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi
binatang peliharaan dan binatang liar.
2.
Dongeng biasa adalah
3.
Lulucon dan anekdor
4.
Dongeng berumus
6.Nyanyian
Rakyat
Nyanyian
rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan
melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu
mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran
hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari
berbagai daerah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar