Rabu, 07 Januari 2015

Perkembangan Media Pembelajaran

  Perkembangan Media Pembelajaran
 
Selama ini media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya gambar, model, objek, dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar, serta mempertinggi daya serap belajar siswa. Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada pertengahan abad 20, alat visual untuk mengkonkretkan materi pelajaran selanjutnya dilengkapi dengan audio sehingga dikenal menjadi alat audio-visual atau audio visual aids (AVA).
            Berbagai peralatan digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran dengan maksud menghindari verbalisme yang masih mungkin terjadi, kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio-visual, sehingga selain sebagai alat bantu, media juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi belajar. Sejak saat itu alat audio-visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga sebagai alat penyalur pesan atau media.

            Sekitar tahun 1960-1965 (Sadiman dkk, 2005 : 8--11) siswa mulai diperhatikan sebagai komponen yang penting dalam proses pembelajaran. Pada saat itu teori tingkah laku (behaviorism theory) ajaran B.F. Skinner mulai mempengaruhi penggunaaan media dalam kegiatan belajar-mengajar. Teori ini mendorong untuk lebih memperhatikan siswa dalam proses belajar-mengajar. Menurut teori ini mendidik adalah mengubah tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku ini ditanamkan pada diri siswa sehingga menjadi adat kebiasaan, untuk itu jika ada perubahan tingkah laku positif ke arah yang dikehendaki, perlu diberikan penguatan (reinforcement) berupa pemberitahuan bahwa tingkah laku tersebut telah benar.
            Pada sekitar tahun 1965-1970 pendekatan sistem (system approach) mulai menampakkan  pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam program pembelajaran. Setiap program pembelajaran perlu direncanakan secara sitematis dengan memusatkan perhatian pada siswa. Program pengajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta diarahkan pada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam perencanaan ini media yang akan dipakai dan cara yang digunakan  telah ditentukan dengan pertimbangan saksama.
            Pada dasarnya guru dan para ahli audio-visual menyambut baik perubahan ini. Guru mulai merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan tingkah laku siswa. Untuk mencapai tujuan itu, mulai dipakai berbagai format media. Berdasarkan pengalaman, keberhasilan siswa sangat berbeda jika digunakan satu jenis media, ada siswa yang lebih senang menggunakan media audio, namun ada pula yang lebih menginginkan media visual, maka itu digunakan berbagai macam media sesuai dengan minat siswa, sehingga muncullah konsep penggunaan multi media dalam kegiatan pembelajaran.
            Berdasarkan perkembangan media di atas ternyata arca (relief) sebagai salah satu bentuk relief dapat dikatakan sebagai cikal bakalnya media pendidikan, hanya saja sesuai perkembangan, relief  sepertinya terkubur dan telah digantikan oleh media pendidikan moderen yang muncul belakangan. Selain itu sudah selayaknya media tidak lagi dipandang sebagai alat bantu belaka bagi guru untuk mengajar, tetapi lebih sebagai penyalur pesan dari pemberi pesan. Sebagai pembawa pesan media tidak hanya digunakan oleh guru, tetapi yang lebih penting semestinya dapat digunakan oleh siswa secara mandiri. Sebagai pembawa dan penyaji pesan, maka media dalam hal tertentu dapat menggantikan peran guru untuk menyampaikan informasi secara teliti dan menarik. Fungsi tersebut dapat diterapkan tanpa kehadiran guru secara fisik, dengan demikian pandangan tentang guru sebagai satu-satunya sumber informasi tidak berlaku lagi.

Sejarah Media Pembelajaran

SEJARAH PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN


Sejarah Perkembangan Pembelajaran adalah merupakan suatu proses yang melibatkan seseorang untuk secara sengaja berperan aktif dalam melakukan suatu perbuatan tertentu yang terarah dalam situasi serta kondisi yang khusus sehingga menghasilkan stimulus respon.
Dalam perkembangan pembelajaran, inter aksi antar manusia, dapat terjadi dalam berbagai kehidupan serta di berbagai bidang. Dalam bidang pendidikan perkembangan pembelajaran dapat diwujudkan melalui inter aksi antar peserta didik, inter aksi antara peserta didik dengan guru, inter aksi antara peserta didik dengan lingkungan, inter aksi antara guru dengan sesama rekan, inter aksi antara guru dengan masyarakat di sekitar lingkungannya.
Perkembangan pembelajaran atas seseorang melibatkan proses berpikir, dalam membangun serta mengembangkan suasana dialogis melalui inter aksi tanya jawab yang berlangsung secara terus menerus serta berkesinambungan guna menghasilkan kemampuan berpikir untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang dapat membantu seseorang menemukan konsep diri serta jati dirinya sehingga memiliki kepiawaian dalam mengkontruksi diri.
Dari uraian di atas jelas bahwa perkembangan pembelajaran yang terjadi pada seseorang, dapat dilakukan di suatu ruang dan waktu tertentu atau di luar termasuk di dalamnya pada lingkungan dimana seseorang berada.
Untuk mempersempit paparan, penulis memfokuskan perkembangan pembelajaran yang terjadi pada peserta didik agar memiliki kemampuan yang kreatif, inovatif, yang bermuara pada proses pengembangan pembelajaran yang menghasilkan kompetensi yang diharapkan, perkembangan pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang yang dalam hal ini peserta didik adalah upaya sadar untuk membentuk karakter serta jati diri sehingga memiliki makna dalam bentuk pengalaman nyata.
Untuk dapat menciptakan suasana perkembangan pembelajaran secara efektif serta kondusif yang dilakukan di dalam suatu ruang tertentu maka diperlukan seseorang dalam kapasitas sebagai pengajar ( Guru ), yang diharapkan dapat berperan sebagai pencipta suasana belajar sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran peserta didik di kelas tampak efektif serta kondusif.
2.1. Pembelajaran Merupakan Proses.
Berbicara mengenai perkembangan pembelajaran adalah berbicara mengenai pengetahuan yang harus di miliki serta di kuasai oleh seseorang untuk mencapai kehidupan yang layak, manusia sebagai individu memiliki sifat-sifat yang komplek agar mampu bersosialisasi serta mengaktualisasikan dirinya di lingkungan masyarakat tempat dimana individu itu bertempat tinggal.
Pembelajaran juga merupakan transper budaya, mengingat pembelajaran dengan sendirinya diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengarah pada pewarisan budaya dari suatu generasi ke genersi berikutnya yang turun temurun serta berkelanjutan, melalui pendidikan kita dapat mentrasfer nilai-nilai budaya seperti kejujuran, tanggung jawab serta kesiapan untuk kehidupan di masyarakat. Pendidikan memiliki tugas untuk menyiapkan individu-individu sebagai obyek yang merupakan sasaran utama untuk kelangsungan bangsa pada masa yang akan datang. Dalam hal ini ketika Pendidikan merupakan suatu gambaran dari transfermasi budaya maka dapat kita katakan bahwa system Pendidikan adalah merupak sub system dari system pembangunan nasional yang harus singkron dengan GBHN dengan memberikan tekanan pada upaya untuk melestarikan serta mengembangkan budaya yaitu : (BP.7. Pusat,1990: 109-110).
1) Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, rasa karsa bangsa Indonesia.
2) Kebudayaan nasional yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa terus di pelihara, dibina, dan dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak bagi perwujudan cita-cita bangsa di masa depan.
3) Perlu ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk mengangkat nilai-nilai social budaya daerah yang luhur serta menyerap nilai-nilai luar yang yang positif dan yang diperlukan bagi pembaruan dalam proses pembangunan.
4) Perlu terus diciptakan suasana yang mendorong tumbuh dan berkembangnya disiplin nasional serta sikap budaya yang mampu menjawab tantangan pembangunan dengan di kembangkan pranata social yang dapat mendukung proses pemantapan budaya bangsa.
5) Usaha pembaruan bangsa perlu dilanjutkan di segala bidang kehidupan, bidang ekonomi, dan social budaya.
2.2. Perkembangan Pembelajaran Merupakan Proses Pembentukan Jati Diri
Pembelajaran yang berlangsung dan berkesinambungan dapat pula diartikan sebagai media untuk pembentukan jati diri, dimana secara proses dilakukan secara sistimatis serta sistemik yang diarahkan pada pembentukan karakter serta jati diri sehingga individu yang bersangkutan memiliki kepribadian, yang berlangsung di dalam situasi serta kondisi kehidupan social di lingkungan masyarakat sekitarnya melalui interaksi social sehingga terjalin hubungan saling ketergantungan satu sama lain.
Satu sisi proses pembentukan pribadi serta jati diri seseorang terdiri dari pembentulan masa kelahiran sampai balita, dan pembentukan masa menuju ke arah pendewasaan, hal ini merupakan proses yang berlangsung secara alami serta mutlak di jalani oleh setiap individu.
Pembentukan pribadi seseorang di alami melalui pengembangan diri sehingga memiliki kualitas kepribadian yang di peroleh baik melalui pendidikan atau pada lingkungan dimana individu yang bersangkutan bersosialisasi dengan berbagai kendala serta tantangan dalam mengarungi hidup serta kehidupan yang di alaminya serta dijadikan pembelajaran sebagai upaya dalam proses pengembangan kepribadian yang mandiri yang kesemuanya sejalan dengan prroses perkembangan secara fisik yang alami pula.
Pendidikan diartikan juga sebagai kehidupan dalam arti luas, Pensdidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu (Mudyaharjo,2001:3)
Dalam hal ini jelas bahwa manusia sebagai makhluk social dan sebagai individu di tuntut secara sadar harus belajar dalam artian bagian dari upaya untuk melestarikan nilai-nilai kebudayaan adalah melalui pendidikan yang di tugaskan untuk menyiapkan peserta didik sebagai pewaris budaya, agar menjadi generasi muda yang produktif, handal dan siap untuk dipasarkan, Dalam hai ini melalui pembelajaran maka Pendidikan disiapkan untuk membekali peserta didik dengan pembentukan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan untuk kelangsungan hidup bagi peserta didik yang bersangkutan kelak kemudian hari.
Ada beberapa komponen dalam pembangunan pendidikan diantaranya : pendidikan harus dapat menciptakan iklim budaya yang memuat komitmen Sumber daya manusia, Pndidikan harus mampu membentuk akhlak mulia, berbudi pekerti luhur,demokratis, berkeakhlian , sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berkeaklian serta berdaya saing maju sehingga sejahtra, mengingat masyarakat yang sejahtra adalah dimana dilingkungan wilayah tersebut masyarakatnya telah benar-benar berpengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi dan berdisiplin.
2.3. Faktor-Faktor Dominan dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Selanjutnya untuk meningkatkan mutu sekolah seperti yang disarankan oleh Sudarwan Danim ( 2007 : 56 ), yaitu dengan melibatkan lima faktor yang dominan :
1. Kepemimpinan Kepala sekolah; kepala sekolah harus memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikanlayananyang optimal, dan disiplin kerja yang kuat.
2. Siswa; pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat “ sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa .
3. Guru; pelibatan guru secara maksimal , dengan meningkatkan kopmetensi dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, MGMP, lokakarya serta pelatihan sehingga hasil dari kegiatan tersebut diterapkan disekolah.
4. Kurikulum; sdanya kurikulum yang ajeg / tetap tetapi dinamis , dapat memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga goals (tujuan ) dapat dicapai secara maksimal;
5. Jaringan Kerjasama; jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan masyarakat semata (orang tua dan masyarakat ) tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan / instansi sehingga output dari sekolah dapat terserap didalam dunia kerja
Berdasarkan pendapat diatas, perubahan paradigma harus dilakukan secara bersama-sama antara pimpinan dan karyawan sehingga mereka mempunyai langkah dan strategi yang sama yaitu menciptakan mutu dilingkungan kerja khususnya lingkungan kerja pendidikan. Pimpinan dan karyawan harus menjadi satu tim yang utuh (teamwork ) yangn saling membutuhkan dan saling mengisi kekurangan yang ada sehingga target (goals ) akan tercipta dengan baik
D. Unsur-unsur yang terlibat dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di sekolah
Unsur yang terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan dapat lihat dari sudut pandang makro dan mikro pendidikan, seperti yang dijabarkan di bawah ini :
1. Pendekatan Mikro Pendidikan :
Yaitu suatu pendekatan terhadap pendidikan dengan indicator kajiannya dilihat dari hubungan antara elemen peserta didik, pendidik, dan interaksi keduanya dalam usaha pendidikan. Secara lengkap elemen mikro sebagai berikut :
• Kualitas manajemen
• Pemberdayaan satuan pendidikan
• Profesionalisme dan ketenagaan
• Relevansi dan kebutuhan.
Berdasarkan tinjauan mikro elemen guru dan siswa yang merupakan bagian dari pemberdayaan satuan pendidikan merupakan elemen sentral. Pendidikan untuk kepentingan peserta didik mempunyai tujuan, dan untuk mencapai tujuan ini ada berbagai sumber dan kendala, dengan memperhatikan sumber dan kendala ditetapkan bahan pengajaran dan diusahakan berlangsungnya proses untuk mencapai tujuan. Proses ini menampilkan hasil belajar, hasil belajar perlu dinilai dan dari hasil penilaian dapat merupakan umpan balik sebagai bahan masukan dan pijakan.
Secara mikro diagram alur proses pendidikan dapat dilihat dibawah ini :

Sumber : Ety Rochaety,dkk (2005:8 )
Dari gambar diatas, bahwa pengetahuan teori yang didapatkan dari seorang guru melalui kualitas manajemen dengan harapan tujuan pendidikan akan tercapai, tujuan akan tercapai jika dibekali dengan bahan sehingga proses pendidikan akan terlaksana dengan baik sehingga akan menghasilkan penampilan (hasil belajar) hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu melalui penilaian dengan dasar criteria penilaian , hasil dari penampilan akan dijadikan umpan balik.
2. Pendekatan Makro Pendidikan ;
Yaitu kajian pendidikan dengan elemen yang lebih luas dengan elemen sebagai berikut:
• Standarisasi pengembangan kurikulum
• Pemerataan dan persamaan, serta keadilan
• Standar mutu
• Kemampuan bersaing.
Tinjauan makro pendidikan menyangkut berbagai hal yang digambarkan dalam dua bagan ( P.H Coombs, 1968 ) dalam Etty Rochaety, dkk (2005 : 8 ) bahwa pendekatan makro pendidikan melalui jalur pertama yaitu INPUT SUMBER – PROSES PENDIDIKAN – HASIL PENDIDIKAN , seperti pada gambar di bawah ini :
Sumber : Ety Rochaety, dkk (2005 : 9 )
Input sumber pendidikan akan mempengaruhi dalam kegiatan proses pendidikan , dimana proses pendidikan didasari oleh berbagai unsur sehingga semakin siap suatu lembaga dan semakin lengkap komponen pendidikan yang dimiliki maka akan menciptakan hasil pendidikan yang berkualitas.
Selanjutnya Syaiful Sagala (2004 : 9 ) menyatakan solusi manajemen pendidikan secara mikro dan makro yang dituangkan dalam gambar berikut :

Sumber: Syaiful Sagala (2004 : 9)
E. Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Secara umum untuk meingkatkan mutu pendidikan harus diawali dengan strategi peningkatan pemerataan pendidikan, dimana unsure makro dan mikro pendidikan ikut terlibat, untuk menciptakan (Equality dan Equity ), mengutip pendapat Indra Djati Sid ( 2001 : 73 ) bahwa pemerataan pendidikan harus mengambil langkah sebagai berikut :
1. Pemerintah menanggung biaya minimum pendidikan yang diperlukan anak usia sekolah baik negeri maupun swasta yang diberikan secara individual kepada siswa.
2. Optimalisasi sumber daya pendidikan yang sudah tersedia, antara lain melalui double shift ( contoh pemberdayaan SMP terbuka dan kelas Jauh )
3. Memberdayakan sekolah-sekolah swasta melalui bantuan dan subsidi dalam rangka peningkatan mutu embelajaran siswa dan optimalisasi daya tampung yang tersedia.
4. Melanjutkan pembangunan Unit Sekolah Baru (USB ) dan Ruang Kelas Baru (RKB ) bagi daerah-daerah yang membutuhkan dengan memperhatikan peta pendidiakn di tiap –tiap daerah sehingga tidak mengggangu keberadaan sekolah swasta.
5. Memberikan perhatian khusus bagi anak usia sekolah dari keluarga miskin, masyarakat terpencil, masyarakat terisolasi, dan daerah kumuh.
6. Meningkatkan partisipasi anggota masyarakat dan pemerintah daerah untuk ikut serta mengangani penuntansan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
Sedangkan peningkatan mutu sekolah secara umum dapat diambil satu strategi dengan membangun Akuntabilitas pendidikan dengan pola kepemimpinan , seperti kepemimpinan sekolah Kaizen ( Sudarwan Danim, 2007 : 225 ) yang menyarankan :
1. Untuk memperkuat tim-tim sebagai bahan pembangun yang fundamental dalam struktur perusahaan
2. Menggabungkan aspek –aspek positif individual dengan berbagai manfaat dari konsumen
3. Berfokus pada detaiol dalam mengimplementasikan gambaran besar tentang perusahaan
4. Menerima tanggung jawab pribadi untuk selalu mengidentifikasikan akar menyebab masalah
5. Membangun hubungan antarpribadi yang kuat
6. Menjaga agar pemikiran tetap terbuka terhadap kritik dan nasihat yang konstruktif
7. Memelihara sikap yang progresif dan berpandangan ke masa depan
8. Bangga dan menghargai prestasi kerja
9. Bersedia menerima tanggung jawab dan mengikuti pelatihan

Tujuan penggunaan Media Pembelajaran

TUJUAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN


     Dalam penggunaan suatu media pasti didasari oleh suatu makna atau tujuan tertentu, Ada beberapa tujuan  dari penggunaan media pembelajaran pada saat proses pembelajaran, yaitu :
  • Mempermudah proses belajar-mengajar
  • Meningkatkan efisiensi belajar-mengajar
  • Menjaga relevansi dengan tujuan belajar
  • Membantu konsentrasi mahasiswa
Ini adalah beberapa tujuan menurut para ahli, yaitu :
  • Menurut Gagne : Komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar
  • Menurut Briggs : Wahana fisik yang mengandung materi instruksional
  • Menurut Schramm : Teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional
  • Menurut Y. Miarso : Segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswa

     Tidak diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media pembelajaran, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya secara tepat  dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa untuk menentukan media pembelajaran tersebut.

Fungsi lain Media Pembelajaran



Fungsin Media Pembelajaran

Fungsi Media Pembelajaran - Dalam dunia pendidikan ada beberapa unsur yang memiliki ikatan yang tidak dapat dihilangkan yaitu metode pembelajaran  dan media pembelajaran. Media pembelajaran  sendiri adalah suatu alat pembelajaran yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran.  Metode pembelajaran tidak akan berjalan dengan maksimal tanpa adanya media pembelajaran.  Untuk pemilihan media pembelajaran usahakan untuk melihat apakah menunjang metode dan membantu mencapai tujuan pembelajaran.  Maka bisa dikatakan media pembelajaran memiliki fungsi vital, dan menurut Levis & Lents fungsi media pembelajaran adalah :

1. Fungsi Atensi
Media pembelajaran tersebut menarik dan mampu mengarahkan perhatian siswa mampu berkonsentrasi pada pelajaran yang berkaitan dengan media tersebut. Media yang banyak digunakan untuk menarik atensi murid dengan menggunakan media gambar yang dapat
ditampilkan dengan mesin proyektor dan sebagainya.

2. Fungsi Afektif
Menggugah semangat belajar siswa dapat menggunakan media khususnya gambar. Dari media ini emosi siswa akan muncul dan daya serap akan semakin baik. Perpaduan antara teks dan gambar dapat menumbuhkan ketertarikan untuk mempelajari.

3. Fungsi Kognitif
Media dapat memudahkan siswa untuk merekam kembali kedalam otak mereka apa yang telah mereka dapat melalui beberapa gambar atau visual. Dan dalam memahami teks materi siswa akan lebih mudah, memang ada beberapa materi yang sangat mudah dimengerti dengan menggunakan gambar dari pada menggunakan teks yang banyak. Untuk itu media pembelajaran memudahkan untuk siswa memahami dan mengingat informasi yang diterima.

4. Fungsi kompensatoris
fungsi ini dari beberapa penelitian merupakan media visual yang sangat bagus untuk membantu siswa yang memiliki kelemahan dalam memahami teks yang ada.  Dengan menggunakan visual akan memberikan kemudahan untuk mengorganisir informasi yang telah didapat yang akan diteruskan kedalam otak yang nanti akan diterjemahkan menjadi informasi penting.

Media pembelajaran menjadi alternative alat bantu bagi tenaga pengajar untuk mengantisipasi tidak berjalannya proses transformasi ilmu seperti yang telah direncanakan. Penggunaan media pembelajaran memang akan menjadi alat bantu yang baik, optimalisasi ini akan memberikan dampak yang positif bagi peningkatan prestasi siswa.

10 Fungsi Media Pembelajaran

Beberapa fungsi media pembelajaran adalah : (1) Pemusat perhatian siswa; (2) Menggugah emosi siswa; (3) Membantu siswa memahami materi pembelajaran; (4) Membantu siswa mengorganisasikan informasi; (5) Membangkitkan motivasi belajar siswa; (6) Membuat pembelajaran menjadi lebih konkret; (7) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra; (8) Mengaktifkan pembelajaran; (9) Mengurangi kemungkinan pembelajaran yang melulu berpusat pada guru; dan (10) Mengaktifkan respon siswa.
10  fungsi media pembelajaran
10 fungsi media pembelajaran


Uraian dari setiap fungsi media pembelajaran di atas adalah sebagai berikut:

Pemusat perhatian siswa

Media pembelajaran dapat berfungsi dengan baik sebagai pemusat perhatian siswa. Apalagi jika media pembelajaran itu bersifat menarik. Guru IPS dapat menarik perhatian siswa misal dengan hanya menempel peta di papan tulis saat akan memulai pembelajaran. Siswa akan selalu terpusat perhatiannya kepada hal-hal baru yang ditunjukkan atau dibawa oleh guru ke dalam ruang kelas. Jadi jangan ragu untuk selalu menggunakan media pembelajaran.

Menggugah emosi siswa

Emosi siswa terhadap suatu hal (dalam hal ini materi pembelajaran) dapat dengan mudah digugah dengan menggunakan media pembelajaran. Misalnya saja, mereka dapat dengan cepat bersimpati dengan orang yang memiliki kekurangan fisik dengan hanya menonton video singkat tentang seorang cacat yang harus dapat melakukan beragam kegiatan sehar-hari secara mandiri. Dengan media pembelajaran serupa kita dapat membuat siswa mencintai lingkungan dan peduli dengan kelestarian alam sekitar.

Membantu siswa memahami materi pembelajaran

Jika guru ingin menggunakan media pembelajaran dan berhasil efektif, maka guru harus memilih media pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang sesuai akan membantu siswa memahami materi pembelajaran yang sedang dibelajarkan.

Membantu siswamengorganisasikan informasi

Berbagai media pembelajaran seperti tampilan power point yang dirancang dengan sungguh-sungguh, menyajikan grafik atau bagan-bagan, atau diagram, dapat membantu siswa mengorganisasikan materi pembelajaran dengan lebih mudah. Guru dapat menyajikannya dengan menambahkan pula simbol-simbol khusus sehingga memperkuat retensi (daya ingat) siswa.

Membangkitkan motivasi belajar siswa

Guru yang menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dapat membuat suasana kelas lebih hidup. Salah satu penyebabnya adalah karena media pembelajaran mempunyai fungsi penting yaitu sebagai pembangkit motivasi belajar. Siswa akan termotivasi untuk belajar bila guru mengajar di kelas mereka dengan menggunakan beragam media pembelajaran yang sesuai.

Membuat pembelajaran menjadi lebih kongkret

Banyak konsep-konsep abstrak yang harus dipelajari oleh siswa kita di kelas. Cara termudah untuk menyajikan sesuatu yang abstrak adalah dengan membantu mereka mengkongkretkannya melalui media pembelajaran. Pembelajaran yang abstrak sukar untuk ditangkap, berbalikan dengan pembelajaran yang lebih kongkret.

Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra

Banyak peristiwa, konsep, atau objek yang harus dipelajari oleh siswa tetapi untuk menyajikannya secara langsung tidaklah mudah (bisa). Misalnya saja, jika guru ingin membawa siswa kepada masa-masa perang dunia ke-2 berkecamuk, maka guru dapat menyajikannya dengan media pembelajaran. Banyak video-video dokumentasi tentang perang dunia ke-2 ini tersedia di internet. Dengan menampilkannya di kelas pada saat pembelajaran, keterbatasan ruang dan waktu dapat diatasi. Pun jika misalnya guru ingin menyampaikan bagaimana bentuk seekor amuba yang sedang mengambil makanan, tentu hanya dengan menggunakan media pembelajaranlah tujuan ini dapat dicapai.

Mengaktifkan pembelajaran

Dijamin, penggunaan media pembelajaran akan mengaktifkan pembelajaran di kelas. Apalagi media pembelajaran yang dipilih dapat mengaakomodasi banyak siswa dan memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengannya. Pembelajaran yang aktif terbentuk ketika siswa-siswa dapat berinteraksi tidak hanya dengan guru atau dengan siswa lainnya, tetapi juga dengan media pembelajaran.

Mengurangi kemungkinan pembelajaran yang melulu berpusat pada guru

Banyak guru seringkali terbawa suasana mengajar yang berpusat pada guru.Ini bukan berarti pembelajaran berpusat pada guru tidak baik. Akan tetapi pembelajaran, apabila melulu dilaksanakan dalam setting berpusat pada guru akan mengakibatkan kebosanan pada diri siswa. Media pembelajaran yang digunakan guru pada saat mengajar dapat mencegah guru untuk selalu terbawa pada kemungkinan ini, apalagi guru dengan cermat memilih media pembelajaran yang memungkinkan orientasi pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Mengaktifkan respon siswa

Banyak siswa malas merespon pembelajaran yang diberikan oleh guru karena guru monoton dan pembelajaran selalu begitu-begitu saja. Pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajaran yang bervariasi dan sesuai tujuan pembelajaran dapat mengatasi hal ini. Siswa akan memberikan respon positif terhadap / selama proses belajar mengajar berlangsung.

Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran



FUNGSI DAN MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN

Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu harus diperhatikan prinsip-prinsip penggunaanya antara lain:
  1. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu.
  2. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar-mengajar.
  3. Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media pengajaran yang digunakan.
  4. Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu media pengajaran.
  5. Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara sistematis bukan sembarang mengunakannya.
  6. Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam media, maka guru dapat memanfaatkan multi media yang menguntungkan dan memperlancar proses belajar-mengajar dan juga dapat merangsang siswa dalam belajar.
Beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan media pengajaran dalam PBM, yakni:
  1. Media pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
  2. Media pengajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau didengar.
  3. Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar.
  4. Media pengajaran juga harus sesuai denga kondisi individu siswa.
  5. Media pengajaran tersebut merupakan perantara (medium) dalam proses pembelajaran siswa.
Penggunaan media pengajaran seharusnya mempertimbangkan beberapa hal berikut ini:
  1. Guru harus berusaha dapat memperagakan atau merupakan model dari suatu pesan (isi pelajaran) disampaikan.
  2. Jika objek yang akan diperagakan tidak mungkin dibawa ke dalam kelas, maka kelaslah yang diajak ke lokasi objek tersebut.
  3. Jika kelas tidak memungkinkan dibawa ke lokasi objek tersebut, usahakan model atau tiruannya.
  4. Bilamana model atau maket juga tidak didapatkan, usahakan gambar atau foto-foto dari objek yang berkenaan dengan materi (pesan) pelajaran tersebut.
  5. Jika gambar atau foto juga tidak didapatkan, maka guru berusaha membuat sendiri media sederhana yang dapat menarik perhatian belajar siswa.
  6. Bilamana media sederhana tidak dapat dibuat oleh guru, gunakan papan tulis untuk mengilustrasikan objek atau pesan tersebut melalui gambar sederhana dengan garis lingkaran [1]
  1. FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN
Istilah media mula-mula dikenal dengan alat peraga, kemudian dikenal dengan istilah audio visual aids (alat bantu pandang/dengar). Selanjutnya disebut instructional materials (materi pembelajaran), dan kini istilah yang lazim digunakan dalam dunia pendidikan nasional adalah instructional media (media pendidikan atau media pembelajaran). Dalam perkembangannya, sekarang muncul istilah e-Learning. Huruf “e” merupakan singkatan dari “elektronik”. Artinya media pembelajaran berupa alat elektronik, meliputi CD Multimedia Interaktif sebagai bahan ajar offline dan Web sebagai bahan ajar online.[2]
Levie & Lents (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu:
  1. Fungsi atensi,
  2. Fungsi afektif,
  3. Fungsi kognitif,
  4. Fungsi kompensatoris.
  1. Fungsi Atensi
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Media gambar khususnya gambar yang diproyeksikan melalui overhead projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar.
  1. Fungsi Afektif
Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah social atau ras.
  1. Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaiaan tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
  1. Fungsi Kompensatoris
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.[3]
Media pembelajaran, menurut Kemp & Dayton (1985:28), dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu :
  1. Memotivasi minat atau tindakan,
  2. Menyajikan informasi,
  3. Memberi instruksi.
Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk bertindak (turut memikul tanggung jawab, melayani secara sukarela, atau memberikan subangan material). Pencapaian tujuan ini akan memperngaruhi sikap, nilai, dan emosi.
Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi. Ketika mendengar atau menonton bahan informasi, para siswa bersifat pasif. Partisipasi yang diharapkan dari siswa hanya terbatas pada persetujuan atau ketidaksetujuan mereka secara mental, atau terbatas pada perasaan tidak/kurang senang, netral, atau senang.
Media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi yang efektif. Di samping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorang siswa.[4]
  1. MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN
Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
  1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
  2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:
a.       Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model;
b.      Objek yang kecil-dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar;
c.       Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography;
d.      Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;
e.       Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan
f.       Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat di visualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.
  1. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:
a.       Menimbulkan kegairahan belajar;
b.      Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan;
c.       Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
  1. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda,, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih  sulit bila latar belakan lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:
a.       Memberikan perangsang yang sama;
b.      Mempersamakan pengalaman;
c.       Menimbulkan persepsi yang sama.[5]
Dale (1969:180) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio-visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hubungan guru-siswa tetap merupakan elemen paling penting dalam system pendidikan modern saat ini. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaat berikut ini dapat terealisasi:
  1. Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas;
  2. Membuahkan perubahan signifikan tingkah lalu siswa;
  3. Menunjukkan hubungan antar mata pelajaran dan kebutuhan dan minta siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa;
  4. Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa;
  5. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa;
  6. Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar;
  7. Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajar;
  8. Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep yang berkala dapat kembangkan;
  9. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat;
  10. Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan system gagasan yang bermakna.
Sudjana dan Rivai (1992;2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
  1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
  2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;
  3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran;
  4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Encyclopedei of Educational Research dalam Hamalik (1994:15) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut:
  1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.
  2. Memperbesar perhatian siswa.
  3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.
  4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
  5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup.
  6. Membantu tubuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
  7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih baik


Karakteristik Bahan Ajar



Karakteristik Bahan Ajar

Bahan Ajar atau learning material, merupakan materi ajar yang dikemas sebagai bahan untuk disajikan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran dalam penyajiannya berupa deskripsi yakni berisi tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip, norma yakni berkaitan dengan aturan, nilai dan sikap, serta seperangkat tindakan/keterampilan motorik. Dengan demikian, bahan pembelajaran pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan dan keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dilihat dari aspek fungsi, bahan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara langsung dan sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung. Sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan langsung, bahan pembelajaran merupakan bahan ajar utama yang menjadi rujukan wajib dalam pembelajaran. Contohnya adalah buku teks, modul, handout, dan bahan-bahan panduan utama lainnya. Bahan pembelajaran dikembangkan mengacu pada kurikulum yang berlaku, khususnya yang terkait dengan tujuan dan materi kurikulum seperti kompetensi, standar materi dan indikator pencapaian.

Sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung, bahan pembelajaran merupakan bahan penunjang yang berfungsi sebagai pelengkap. Contohnya adalah buku bacaan, majalah, program video, leaflet, poster, dan komik pengajaran. Bahan pembelajaran ini pada umumnya disusun di luar lingkup materi kurikulum, tetapi memiliki keterkaitan yang erat dengan tujuan utamanya yaitu memberikan pendalaman dan pengayaan bagi siswa.

2. Peran Bahan Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan aktifitas dalam upaya pewujudan kompetensi siswa, dibangun oleh berbagai unsur, yaitu unsur raw input (siswa) yang akan diproses/dibentuk kompetensinya, instrumental input (terdiri dari tujuan, materi berupa bahan ajar, media dan perangkat evaluasi) yang berfungsi sebagai perangkat yang akan memproses pembentukan kompetensi, serta perangkat lingkungan (environmental input), seperti lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, yang turut mempengaruhi keberhasilan pencapaian kompetensi.

Bahan pembelajaran dalam proses pembelajaran dengan demikian menempati posisi penting dalam proses pembelajaran, hal tersebut karena bahan ajar merupakan materi yang akan disampaikan/disajikan. Tanpa bahan ajar mustahil pembelajaran akan terwujud. Tepat tidaknya, sesuai tidaknya bahan ajar dengan tujuan dan kompetensi yang diharapkan akan menentukan tercapai tidaknya tidaknya tujuan kompetensi pembelajaran yang diharapkan.

Berdasarkan uraian tersebut, bahan ajar merupakan inti dari kurikulum yang berfungsi sebagai alat pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran. Secara lebih rinci, peran bahan ajar bagi guru, siswa dan pihak terkait:

a. Peran bahan pembelajaran bagi guru
1) Wawasan bagi guru untuk pemahaman substansi secara komprehensif
2) Sebagai bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
3) Mempermudah guru dalam mengorganisasikan pembelajaran di kelas
4) Mempermudah guru dalam penentuan metoda pembelajaran yang tepat serta sesuai kebutuhan siswa
5) Merupakan media pembelajaran
6) Mempermudah guru dalam merencanakan penilaian pembelajaran.

b. Peran bahan pembelajaran bagi siswa
1) Sebagai pegangan siswa dalam penguasaan materi pelajaran untuk mencapai kompetensi yang dicanangkan.
2) Sebagai informasi atau pemberi wawasan secara mandiri di luar yang disampaikan oleh guru di kelas.
3) Sebagai media yang dapat memberikan kesan nyata berkaitan dengan materi yang harus dikuasai.
4) Sebagai motivator untuk mempelajari lebih lanjut tentang materi tertentu.
5) Mengukur keberhasilan penguasaan materi pembelajaran secara mandiri.

c. Peran pembelajaran bagi pihak terkait
1) Dapat mendorong pihak terkait untuk memfasilitasi pengadaan bahan pembelajaran yang dibutuhkan guru dan murid di sekolah.
2) Dapat meberi masukan kepada guru atau penyusun bahan pembelajaran agar bahan pembelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa dengan segenap lingkungannya.
3) Dapat membantu dalam pemilihan dan penetapan media serta alat pembelajaran lainnya yang mendukung keberhasilan penguasaan bahan pembelajaran oleh siswa.
4) Sebagai alat pemberian reward (penghargaan) terhadap guru yang secara kreatif menyusun serta mengembangkan bahan pembelajaran.

3. Karakteristik Bahan Ajar
Suatu bahan pembelajaran yang baik memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri yang melekat pada bahan ajar yang disajikan (disusun) merupakan ciri khas yang membedakan antara bahan pembelajaran yang baik dengan bahan pembelajaran yang tidak baik.

Bahan pembelajaran yang baik memenuhi syarat substansial dan penyajian sebagai berikut:
a. Secara substansial bahan pembelajaran harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Sesuai dengan visi dan misi sekolah
Visi merupakan wawasan jauh ke depan yang menunjukkan arah bagi pencapaian tujuan. Sedangkan misi merupakan gambaran tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh lembaga, dalam hal ini sekolah/madrasah. Visi dan misi sekolah dalam pencapaiannya diwujudkan melalui proses pembelajaran, sedangkan proses pembelajaran dibanguna diantaranya karena adanya bahan pembelajaran. Oleh karena itu bahan pembelajaran yang disusun harus sesuai dengan visi, misi, karena bahan pembelajaran itu sendiri merupakan sarana materi yang akan disampaikan pada siswa dalam upaya mencapai visi dan misi sekolah.

2) Sesuai dengan kurikulum
Kurikulum yang dimaksud adalah seperangkat program yang harus ditempuh siswa dalam penyelesaian pendidikannya. Paling tidak, secara sempit kurikulum meliputi aspek tujuan/kompetensi, indikator hasil materi, metoda dan penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar, dalam hal ini merupakan pengembangan materi pembelajaran hendaknya senantiasa sesuai dengan tujuan/kompetensi, materi dan indikator keberhasilan.

3) Menganut azas ilmiah
Ilmiah yang dimaksud adalah bahan ajar tersebt disusun dan disajikan secara sistematis (terurai dengan baik) metodologis (sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan).

4) Sesuai dengan kebutuhan siswa
Bahan ajar merupakan hal yang harus dicerna dan dikuasai siswa. Dengan demikian bahan ajar disusun semata-mata untuk kepentingan siswa. Oleh karena itu, maka bahan ajar yang disusun hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa, yaitu sesuai dengan tingkat berpikir, minat, latar sosial budaya dimana siswa itu berada.

b. Memenuhi kriteria penyajian, yang meliputi:
1) Memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi
Bahan pembelajaran yang disusun hendaknya memiliki derajat keterbacaan yang tinggi, dalam arti bahasa yang disajikan menggunakan struktur kalimat dan kosa kata yang baik, bentuk kalimat sesuai tata bahasa, dan isi pesan yang disampaikan melalui huruf, gambar, photo dan ilustrasi lainnya memiliki kebermaknaan yang tinggi.

2) Penyajian format dan fisik bahan pembelajaran yang menarik
Format dan fisik bahan pembelajaran juga harus diperhatikan. Format dan fisik buku ini berkaitan dengan tata letak (layout), penggunaan model dan ukuran huruf, warna, gambar komposisi, kualitas dan ukuran kertas, penjilidan, dsb. Format dan fisik bahan ajar sebenarnya merupakan tanggung jawab penerbit (bila bahan ajar tersebut diterbitkan), tetapi sebaiknya penulis memiliki gagasan bagaimana format dan fisik bahan ajar yang diinginkan.